Rizki Rahmadianti adalah seorang ibu rumah tangga di Surabaya. Yang membedakannya dari ibu rumah tangga pada umumnya adalah di tengah kesibukannya, Rizki mampu menjalankan bisnisnya selama lebih dari 5 tahun, membuat beberapa bisnis baru, dan tetap menjalankannya dengan konsisten. Bahkan, ketika Anda cari namanya di Google, anda akan dengan mudah menemukan banyak pemberitaan positif yang membahas tentang keberhasilan Rizki. Apa rahasianya? Nah Sobat Studentpreneur, pada event Studentpreneur Hangout bulan Mei 2014 kemarin, Rizki membagikan sejumlah tips yang membuatnya mampu mempertahankan bisnisnya di kerasnya persaingan dunia online sambil tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga.
Seperti apa kisahnya ?, simak perjalanan karier wanita sukses ini sebagaimanan di kutip dari laman www. studentpreneur.co sebagai berikut :
Tips #1: Jangan menyerah.
Sebelum go online, Rizki masih berjualan secara door to door, dan seringkali sukses mendapat penolakan. “Pedih memang,” katanya. “Namun hal inilah yang membuat saya sadar bahwa lebih gampang untuk jualan di Internet.”
Maka pada tahun 2007, Rizki membuat website untuk produknya yang diberi nama Rumah Jilbab Ananda. Bisnis ini kemudian mengantarkannya mendapat beasiswa pelatihan di Belanda.
Ibu Rumah Tangga Ini Sukses Menjalankan 3 Bisnisnya Secara Online Tanpa Mengabaikan Keluarga Rizki Rahmadianti pebisnis wanita sukses pebisnis wanita online pebisnis online wanita menjalankan bisnis online membangun bisnis online kisah sukses bisnis online studentpreneur entrepreneur startup business anak muda bisnis
Tips #2: Perhatikan masalah HAKI.
Tahun 2009, muncul kebutuhan untuk mendaftarkan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Akan tetapi, upayanya terganjal karena nama Rumah Jilbab Ananda telah dipatenkan orang lain. Rizki berpikir bahwa tidak ada gunanya melanjutkan untuk mengembangkan nama brand yang suatu saat justru memunculkan konflik. Maka, Rumah Jilbab Ananda ditutup dan Rizki membuka nama baru, Rizhani. “Kita start fresh. Dari nol lagi,” katanya.
Memang, membuat nama baru berarti Anda mulai dari nol lagi. Segala upaya marketing yang Anda lakukan untuk membesarkan nama brand lama Anda menjadi sia-sia. “Kalau tahu begini, dari awal saya sudah start dengan nama yang benar-benar unik dan tidak beresiko menimbulkan dispute,” katanya.
Tips #3: Besar tidak berarti lebih baik.
Pada tahun 2009, penjahit di Rhizani adalah ibu-ibu di sekitar rumahnya. Mereka menggarap jahitan jilbab di rumahnya masing-masing / take home. Jumlah pekerja Rhizani kemudian mencapai 100 orang.
“Lebih besar bukan berarti lebih baik,” kata Rizki. “Karena tidak semua ibu-ibu ini giat bekerja, maka seringkali order dari customer tidak dikerjakan tepat waktu. Kita dikejar-kejar customer dan seringkali terjadi sengketa antara tim produksi dan marketing kita.”
Puncaknya, Rizki mengakuisisi sebuah unit produksi jahit, dan hanya mempekerjakan orang yang benar-benar memiliki kemampuan menjahit. “Semua penjahit kami bekerja dengan cepat. 15 orang bisa mengerjakan 5x lebih cepat daripada 100 orang.”
Tips #4: Meluaskan bisnis dengan memperhatikan kekuatan Anda.
“Saya merasa ada yang dapat dimaksimalkan dari sini,” kata Rizki menunjuk soal kecepatan tangan penjahitnya. “Mereka mampu menjahit kain sifon tanpa kesulitan.”
Maka, setelah mengakuisisi sebuah unit produksi jahit, Rizki membuat unit bisnis baru yang diberinya nama Rira Clothing. Rira Clothing adalah sebuah konveksi fashion yang menerima pemesanan jahit dari brand milik orang lain. Dengan demikian, Rizki tetap mampu memproduksi busana muslim untuk Rizhani sekaligus menerima permintaan jahitan dari brand milik orang lain.
Tips #5: Belajar dari pengalaman.
Belajar dari pengalaman, dan melihat sumber daya yang dimilikinya, maka Rizki membuka satu bisnis lagi, yaitu Little Bee Fashion yang bergerak di jualan baju untuk anak usia 1-2 tahun.
“Apa yang membuatnya berbeda?” kata Rizki. “Kali ini, saya sudah lebih siap dengan model bisnis yang tepat mengenai bagaimana mengelola sebuah brand. Strategi marketing saya lebih pelit. Semua iklan harus diperhitungkan dengan baik, bukan sembarang iklan.”
“Dan di Little Bee nanti, seiring dengan pertumbuhan usia customer saya nanti, bukan berarti saya akan terus menjual baju untuk anak 1-2 tahun. Mungkin nanti saya juga akan menjual baju untuk anak usia 3-5 tahun, dst dengan brand yang berbeda.”
Tips #6: Persaingan di dunia online itu keras, maka Anda harus kuat mental lebih dulu.
“Pernah di Tokobagus saya temukan sebuah toko yang menggunakan foto milik Little Bee,” kata Rizki mengenang. “Luar biasanya, dengan foto yang sama, bahkan watermark-nya masih menempel, dia berani menetapkan harga Rp 30.000,00. 5 kali lebih murah dari Little Bee. Bukan itu saja. Si pemilik kemudian datang ke Fanspage Facebook kami dan menulis bahwa jualannya lebih murah, jadi mending beli dari tokonya saja.”
“Apa yang saya lakukan?” kata Rizki. “Tidak ada.”
“Saya hanya mendoakan agar desain kami memberikan manfaat baginya,” pungkas Rizki. “Saya percaya bahwa bisnis yang diawali dengan baik, hasilnya akan baik. Begitu pula berlaku sebaliknya.”
Seperti apa kisahnya ?, simak perjalanan karier wanita sukses ini sebagaimanan di kutip dari laman www. studentpreneur.co sebagai berikut :
Tips #1: Jangan menyerah.
Sebelum go online, Rizki masih berjualan secara door to door, dan seringkali sukses mendapat penolakan. “Pedih memang,” katanya. “Namun hal inilah yang membuat saya sadar bahwa lebih gampang untuk jualan di Internet.”
Maka pada tahun 2007, Rizki membuat website untuk produknya yang diberi nama Rumah Jilbab Ananda. Bisnis ini kemudian mengantarkannya mendapat beasiswa pelatihan di Belanda.
Ibu Rumah Tangga Ini Sukses Menjalankan 3 Bisnisnya Secara Online Tanpa Mengabaikan Keluarga Rizki Rahmadianti pebisnis wanita sukses pebisnis wanita online pebisnis online wanita menjalankan bisnis online membangun bisnis online kisah sukses bisnis online studentpreneur entrepreneur startup business anak muda bisnis
Tips #2: Perhatikan masalah HAKI.
Tahun 2009, muncul kebutuhan untuk mendaftarkan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Akan tetapi, upayanya terganjal karena nama Rumah Jilbab Ananda telah dipatenkan orang lain. Rizki berpikir bahwa tidak ada gunanya melanjutkan untuk mengembangkan nama brand yang suatu saat justru memunculkan konflik. Maka, Rumah Jilbab Ananda ditutup dan Rizki membuka nama baru, Rizhani. “Kita start fresh. Dari nol lagi,” katanya.
Memang, membuat nama baru berarti Anda mulai dari nol lagi. Segala upaya marketing yang Anda lakukan untuk membesarkan nama brand lama Anda menjadi sia-sia. “Kalau tahu begini, dari awal saya sudah start dengan nama yang benar-benar unik dan tidak beresiko menimbulkan dispute,” katanya.
Tips #3: Besar tidak berarti lebih baik.
Pada tahun 2009, penjahit di Rhizani adalah ibu-ibu di sekitar rumahnya. Mereka menggarap jahitan jilbab di rumahnya masing-masing / take home. Jumlah pekerja Rhizani kemudian mencapai 100 orang.
“Lebih besar bukan berarti lebih baik,” kata Rizki. “Karena tidak semua ibu-ibu ini giat bekerja, maka seringkali order dari customer tidak dikerjakan tepat waktu. Kita dikejar-kejar customer dan seringkali terjadi sengketa antara tim produksi dan marketing kita.”
Puncaknya, Rizki mengakuisisi sebuah unit produksi jahit, dan hanya mempekerjakan orang yang benar-benar memiliki kemampuan menjahit. “Semua penjahit kami bekerja dengan cepat. 15 orang bisa mengerjakan 5x lebih cepat daripada 100 orang.”
Tips #4: Meluaskan bisnis dengan memperhatikan kekuatan Anda.
“Saya merasa ada yang dapat dimaksimalkan dari sini,” kata Rizki menunjuk soal kecepatan tangan penjahitnya. “Mereka mampu menjahit kain sifon tanpa kesulitan.”
Maka, setelah mengakuisisi sebuah unit produksi jahit, Rizki membuat unit bisnis baru yang diberinya nama Rira Clothing. Rira Clothing adalah sebuah konveksi fashion yang menerima pemesanan jahit dari brand milik orang lain. Dengan demikian, Rizki tetap mampu memproduksi busana muslim untuk Rizhani sekaligus menerima permintaan jahitan dari brand milik orang lain.
Tips #5: Belajar dari pengalaman.
Belajar dari pengalaman, dan melihat sumber daya yang dimilikinya, maka Rizki membuka satu bisnis lagi, yaitu Little Bee Fashion yang bergerak di jualan baju untuk anak usia 1-2 tahun.
“Apa yang membuatnya berbeda?” kata Rizki. “Kali ini, saya sudah lebih siap dengan model bisnis yang tepat mengenai bagaimana mengelola sebuah brand. Strategi marketing saya lebih pelit. Semua iklan harus diperhitungkan dengan baik, bukan sembarang iklan.”
“Dan di Little Bee nanti, seiring dengan pertumbuhan usia customer saya nanti, bukan berarti saya akan terus menjual baju untuk anak 1-2 tahun. Mungkin nanti saya juga akan menjual baju untuk anak usia 3-5 tahun, dst dengan brand yang berbeda.”
Tips #6: Persaingan di dunia online itu keras, maka Anda harus kuat mental lebih dulu.
“Pernah di Tokobagus saya temukan sebuah toko yang menggunakan foto milik Little Bee,” kata Rizki mengenang. “Luar biasanya, dengan foto yang sama, bahkan watermark-nya masih menempel, dia berani menetapkan harga Rp 30.000,00. 5 kali lebih murah dari Little Bee. Bukan itu saja. Si pemilik kemudian datang ke Fanspage Facebook kami dan menulis bahwa jualannya lebih murah, jadi mending beli dari tokonya saja.”
“Apa yang saya lakukan?” kata Rizki. “Tidak ada.”
“Saya hanya mendoakan agar desain kami memberikan manfaat baginya,” pungkas Rizki. “Saya percaya bahwa bisnis yang diawali dengan baik, hasilnya akan baik. Begitu pula berlaku sebaliknya.”
0 Response to "Ibu Rumah Tangga Ini Sukses Menjalankan 3 Bisnisnya Secara Online Tanpa Mengabaikan Keluarga"
Post a Comment