“Pertama-tama rasa takut tidak laku selalu ada, bagaimana kalau produk yang dijual tidak diterima orang? Tapi bagi saya itu risiko,” katanya beberapa waktu lalu.
Sri pada awalnya hanya memperkenalkan produk camilan itu kepada orang-orang terdekatnya. Hal itu dilakukannya, untuk mempromosikan Catruk Kabita terlebih dahulu, sebelum dilempar ke pasar.
Cetruk Kabita, camilan keripik yang diproduksi Sri, terbuat dari adonan tepung tapioka dan terigu serta ditambah racikan bumbu khusus lalu digoreng. Semua proses itu akhirnya menghasilkan keripik yang renyah dan gurih. Kini, bisnis camilan yang dilakoninya itu, sudah marak terpajang di pelbagai mini market di sejumlah daerah macam Bandung, Purwakarta, Subang, dan Cirebon. Omzet perbulannya dapat mencapai Rp5 juta.
Miming Phang, motivator sekaligus mentor bisnis pada komunitas pengusaha, Action Indonesia (AI) mengatakan saat seseorang ingin memulai berwirausaha, tak sedikit mereka terbunuh oleh rasa takutnya sendiri. Ini mengakibatkan keinginannya memulai usaha hanyalah angan-angan.
Dia menuturkan dalam beberapa pelatihan kewirausahaan, para peserta umumnya menuturkan bahwa modal menjadi masalah yang menghambat mereka untuk berbisnis.
“Padahal ketika kami tanya berapa modal yang diperlukan, dan akan menjalankan usaha apa, mereka pun ternyata susah menjawab,” kata Miming. “Berarti modal adalah ketakutan yang muncul pertama kali sebelum mereka menentukan akan memulai bisnis apa dan berapa modal yang diperlukan,” katanya.
Miming menjelaskan ketika akan memulai sebuah usaha, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah membunuh rasa takut untuk mengambil keputusan dan risiko. Dia memberikan contoh, sebagai modal awal, pelaku usaha harus berani mengambil kredit kepemilikan rumah toko (ruko) untuk tempat usaha.
"Kebanyakan para pengusaha pemula kehilangan motivasi karena tingginya harga ruko, padahal masih ada jalan untuk menyiasati agar pengusaha bisa punya ruko dengan modal yang tidak terlalu besar," ujarnya.
Maming menuturkan kebanyakan pengusaha mundur sebelum memulai berwirausaha karena cenderung menggunakan perasaan dalam perhitungan dan perencanaan usaha.
"Padahal dalam dunia usaha harus logis dan bukan bertumpu pada permodalan semata, akan tetapi dari wawasan dan kemauan personal,” katanya.
Oke buat sobat-sobat yang sudah baca artikel diatas semoga bisa membantu kelancaran dalam memperoleh pekerjaan yang layak dan halal, bekerja bukan tuntutan atau suatu yang sulit tapi bekerja adalah seni dalam bertahan hidup.
Referensi lengkapnya lihat disini
0 Response to "Inilah Kisah Seorang Penakut Yang Jadi Pengusaha Sukses"
Post a Comment