Negeri yang luasnya 2/3-nya adalah terdiri dari perairan adalah Indonesia. Tapi hanya sedikit yang memanfaatkan kesempatan ini dalam membaca peluang bisnis di laut kita tercin ini. nah bagi yang masih gaptek tentang laut indonesi berikut kisah sukses konglomerat Tung Chee Chen
Dalam bisnis pelayaran yang akan membuat kita iri dengan hasil yang sudah dicapainya.
Mewarisi bisnis keluarga menjadi berkah bagi sang penerus. Namun, Tung Chee Chen tak ingin bergantung dengan bisnis yang sudah ada. Di bawah kepemimpinannya, dia melengkapi bisnis pelayaran keluarga, yaitu Orient Overseas Internasional Limited (OOIL) dengan transportasi darat sampai on line.
Dia juga melakukan diversifikasi usaha. Wajar, bisnis OOIL berkembang pesat. Tung Chee-Chen juga muncul sebagai konglomerat Hongkong
Memiliki predikat populasi terbesar, China menjadi tujuan utama ekspor-impor di dunia. Berkah bisnis tak hanya mengalir untuk perusahaan manufaktur, tapi juga penyedia jasa kargo yang notabene menangani perpindahan produk keluar masuk China.
Fokus berbisnis di industri pelayaran kargo ini, Tung Chee-chen dan kelua
rganya mengumpulkan peluang kekayaan lewat perusahaannya, Orient Overseas (International) Limited (OOIL).
Perusahaan ini lebih terkenal lewat nama dagangnya yaitu Orient Overseas Container Line Limited (OOCL), yang disebut sebagai salahsatu penyedia transportasi dan logistik terbesar di China. Dalam situs perusahaan, OOIL tercatat memiliki 270 kantor cabang yang tersebar di 60 negara.
Tung Chee-Chen yang kini berusia 70 tahun sejak muda sudah mantap mengikuti jejak sang ayah di bisnis pelayaran internasional. Sang Ayah Tung Chao Yung, mendirikan OOIL pada tahun 1969. Pendiri OOIL, ini meninggal dunia pada tahun 1982.
Sebelum meniti karier pertamanya di perusahaan keluarga, Tung belajar ke Inggris untuk mempelajari ilmu mesin dan mendapatkan gelar dari Universitas Liverpool. Sekembalinya ke Hongkong, Tung mendapatkan kepercayaan penuh dari sang ayah yang ketika itu merupakan taipan di negaranya, Tung memulai karier di OOIL sebagai manager.
Karier Tung terbilang cemerlang karena disokong kepribadiannya sebagai pekerja yang aktif, pandai bergaul, efisien dan aktif di asosiasi. Pada tahun 1993 Tung menjadi Ketua Asosiasi Pemilik Kapal Hongkong selama dua periode kepengurusan.
Tahun 1996, barulah Tung mengambil posisi tertinggi di perusahaan sebagai chairman, president, juga chief executive officer(CEO). Di bawah kepemimpinan Tung, OOIL, berubah menjadi perusahaan transportasi skala internasional. Bukan hanya aktif menangani sector pengiriman barang Hongkong – China, dia juga memperbesar area transportasi ke luar negeri.
Malah, media setempat menyebut OOCL sebagai pionir industri dalam penggunaan teknologi informasi dan e-commerce untuk mengelola proses kargo dan angkutan barang.
Pengalamannya di Asosiasi Pemilik Kapal di Hongkong, memperluas jaringan Tung pada pebisnis di Asia, Eropa, Amerika Utara dan Australia, sehingga dia sukses mendapatkan pelanggan dan keempat wilayah tersebut. Secara rutin, Tung melayani para pelanggan di benua tersebut lewat jasa transportasi peti kemas.
Di bawah kepemimpinan Tung, OOIL juga mengembangkan dua bisnis lain, yaitu investasi property, serta membangun terminal peti kemas. Ada dua dermaga yaitu Long Beach Container Terminal (LBCTI) di Amerika Serikat, serta terminal kontener di Kaohsiung, Taiwan.
Majalah Forbes mencatat, pencapaian Tung atas OOIL menjadikan perusahaanya memiliki total pendapatan lebih dari 6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 54 triliun. Terdaftar di Bursa Efek Hongkong, pundi-pundi Tung bertambah setiap tahun.
Pada awal tahun 1009, dia telah muncul sebagai salahsatu konglomerat Hongkong diurutan 23 dengan kekayaan sekitar 900 juta dollar AS atau sekitar Rp 5,4 triliun.
Sejak saat itu, bisnis keluarganya melejit. Sayang, tarif angkut di perairan merosot tahun ini, sehingga memangkas bisnis OOIL dan menurunkan nilai sahamnya. Kekayaan Tung per Maret lalu versi Forbes tercatat sekitar 3,4 miliar dollar.
Asetnya turun dibandingkan setahun sebelumnya sebesar 4,2 miliar dollar AS. Kini dia tercatat sebagai orang terkaya ke 12 di Hongkong. Forbes menobatkannya sebagai orang tekaya nomor 330 di dunia pada akhir Maret lalu.
Kesuksesan bisnis perkapalan keluarga Tung tak muncul seketika. Ayah Tung Chee-chen, Tung Chao Yung, sebelumnya merupakan pebisnis di Shanghai. Namun, ia dan keluarganya pindah ke Hongkong setelah Komunis mengambil alih China tahun 1949.
Tung senior seperti dilansir kontan membangun bisnis tanker dan kargo di Hongkong dan Taiwan dengan kapal-kapal besar. Tung Chao Rung membeli kapal tua Queen Elizabeth dan mengganti namanya menjadi Sea wise University.
Di pelabuhan Hongkong, Tung senior mengubah kapal ini menjadi kampus terapung pada tahun 1970 dengan ongkos sekitar 5 juta.
Hasil kerjanya hampir kelar pada Januari 1972. Kapal ini dijadwalkan berlayar ke Jepang untuk pengecekan terakhir menjelang pelayaran perdana yang dinamakan Semester at Sea. Namun, pada 9 Januari, berkobarlah Api yang menghancurkan kapal.
Kebakaran kapal ini merupakan salah satu kejadian tenar di Hongkong. Ada yang berspekulasi bahwa kebakaran ini disengaja oleh si empunya. Tung senior membeli kapal ini dengan harga 3,5 juta dollar AS dan memiliki nilai asuransi sebesar 8 juta dollar AS (Rp 72 miliar).
Spekulasi lain menyebut, kebakaran ini merupakan hasil konflik antara Tung, nasionalis China dan serikat kontruksi kapal yang didominasi pihak Komunis. Kapal ini hancur, Kepingan-kepingan kapal legendaris ini berantakan di Pelabuhan Victoria.
Kejadian ini dinyatakan sebagai bahaya kelautan. Pembersihan sisa-sisa kapal dilakukan pada tahun 1974 – 1975, Bagian yang tidak dapat diselamatkan akhirnya di tinggalkan di bawah teluk.
Area ini ditandai sebagai Foul dan peta laut lokal untuk memperingatkan kapal tidak melepas jangkar di bagian ini. Akhir decade 1990-an, sisa kapal dikubur dalam reklamasi tanah untuk pembangunan Terminal Kontainer 9 di Pelabuhan Victoria, Hongkong.
Awalnya, kakak Tung Chee-chen, yaitu Tung Chee-hwa, mengambil alih bisnis keluarga pada tahun 1979 ketika Tung senior sakit dan akhirnya meninggal. Pada decade 1980 an, bisnis Orient Overseas Container Line (OOCL) anjlok, OOCL pun harus masuk restrukturisasi yang melibatkan Bank of China, Hongkong and Shangkai Bank, serta kelompok pebisnis pro China yang dipimpin taipan Hongkong, Henri Fok Ying-tung.
Tung Chee-hwa menyerahkan pengelolaan OOCL kepada Tung Chee-chen pada tahun 1996 ketika si kakak ini terpilihsebagai Chief Executive Hongkong pertama setalah lepas dari Inggris dan kembali ke China tahun itu. Sebelumnya Tung Chee-chen sudah masuk ke bisnis keluarga ini. Pada periode tahun 1993 hingga 1995, Tung menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pemilik Kapal Hongkong.
Perusahaan perkapalan keluarga ini terus berkembang. Setelah enam tahun riset, OOCL meluncurkan system informasi teknologi yang didesain khusus untuk industri perkapalan, Integrated Regional Information System (IRIS) pata 1999, IRIS-2 mengintregasi proses bisnis seluruh kantor OOCL, pengapalan barang konsumen, serta informasi financial dalam satu paket lengkap.
OOCL menjadi finalis dalam Smithsonian Institution Award for Innovation tahun 1999 karena terobosan lewat IRIS-2. Tung Chee-chen tak berhenti berekspansi. Ia melebarkan sayap bisnis perusahaan keluarga ini ke seluruh dunia. Grand Alliance terbentuk tahun 1998.
Aliansi perkapalan ini terdiri dari OOCL, Hapag-Lloyd dari Jerman, dan Nippon Yushen Kaisha(NYK) dari Jepang.
Secara total, tiga anggota Grand Alliance memiliki 270 kapal berbagai ukuran, aliansi ini merupakan satu strategi jitu OOCL. Lewat aliansi ini, OOCL bisa mengarungi bisnis perkapalan di seluruh dunia. ktn
0 Response to "Kisah Sukses Konglomerat karena Bisnis Pelayaran"
Post a Comment