Pengusaha waralaba terjepit kenaikan biaya operas

Pengusaha waralaba terjepit kenaikan biaya operasi

Keluhan terhadap kenaikan pelbagai biaya tak cuma muncul dari pengusaha besar. Pengusaha waralaba juga menjerit lantaran biaya operasional terus naik. Mereka juga terjepit oleh dilema menaikkan produk atau langkah efisiensi bisnis.

Dalam pertemuan beberapa pengusaha waralaba pada Kamis (31/1) malam, kenaikan biaya upah pekerja sebagai akibat kenaikan upah minimum provinsi (UMP) dan kenaikan tarif listrik ternyata begitu terasa. Sebab, otomatis biaya produksi dan operasional ikut naik.

Anton Widjaja, Direktur Proyek PT Top Food Indonesia, pemilik jaringan Es Teler 77, bilang, kenaikan biaya operasional memang terjadi tiap tahun. Tapi, tahun ini menjadi istimewa lantaran UMP dan tarif listrik naik cukup signifikan.

Bedi Zubaedi, Pemilik Bedi Corporation yang memiliki jaringan Quick Chicken, Zu Bento, dan Huma Steak menceritakan, para pemasok bahan baku seperti daging dan beras mulai menaikkan harga lantaran biaya produksi naik.

Yulia Astuti, Chief Executive Officer (CEO) PT Moz5 yang memiliki jaringan salon muslimah Moz5 mengeluhkan biaya listrik yang naik hingga 15%. Selama ini, listrik merupakan komponen utama dalam biaya operasional usaha salon muslimah.  “Kami masih mau melihat dampak terhadap pengeluaran di Januari. Selanjutnya, kami akan langsung bertindak,” ucapnya.

Menurut Bedi, dalam kondisi seperti sekarang, harga produk berbasis makanan seharusnya sudah naik sekitar 25%. Tapi, ia berpikir dua kali untuk mengompensasi kenaikan setinggi itu ke harga produk. "Februari, kami berencana menaikkan harga produk sebesar 8%-10%," tuturnya.

Kenaikan itu masih dalam batas wajar lantaran konsumen masih bisa menerima. Bedi berjanji tak akan menurunkan kualitas serta porsi sajian produk. Bersamaan dengan itu, ia akan meningkatkan produktivitas karyawan sebagai strategi untuk efisiensi biaya.

Es Teler 77 juga menyiapkan langkah dengan memaksimalkan karyawan di tiap gerai. “Kami akan mengurangi dari 14 orang tiap gerai menjadi 10 orang," ujarnya. Adapun sisanya dipindah di gerai baru. Es Teler 77 juga membuat sistem roster atau tak ada libur dengan dua shift kerja bagi pekerjanya. 

Refrensi : http://industri.kontan.co.id/news/pengusaha-waralaba-terjepit-kenaikan-biaya-operasi/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter

0 Response to "Pengusaha waralaba terjepit kenaikan biaya operas"

Post a Comment