Selama dua hari saya mendapatkan pengalaman untuk lebih memahami bagaimana pelaksanaan manajemen risiko di berbagai negara, antara lain di Australia, Eropa, bahkan di Negara tetangga kita.
Seminar The 3rd Jakarta Risk Management Convention, dengan judul “Countdown to Basel II Implementation, diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, selain dari kalangan praktisi perbankan, juga diikuti oleh kalangan akademisi dan pejabat pemerintah.
Kemajemukan ini menunjukkan, bahwa saat ini manajemen risiko telah menyentuh berbagai sektor.
Dalam sambutannya, Deputy Gubernur Bank Indonesia, menyatakan ada benang merah antara krisis Asia 1997 dan Subprime 2007. Dua krisis keuangan yang terjadi dalam 10 tahun terakhir
memberikan pelajaran yang berharga, baik bagi para pelaku maupun regulator.
Krisis Asia 1997 dan krisis subprime 2007, keduanya dipicu oleh kepanikan investor atas ketidakpastian nilai asset yang dimiliki, dan kemudian diikuti dengan liquidity run dan meningkatnya insolvency sistem perbankan.
Industri keuangan regional, khususnya Indonesia, tidak kebal terhadap krisis yang terjadi belakangan ini. Setidaknya pertumbuhan ekonomi regional kemungkinan akan terpengaruh oleh perlambatan ekonomi AS.
Namun karena secara fundamental kondisi makro ekonomi dan corporate balance sheet regional jauh lebih baik dibanding 10 tahun yang lalu, dan karena bisnis perbankan di regional sebagian besar beroperasi dalam bentuk “traditional lending”, serta tidak memiliki eksposur pada produk finansial yang kompleks, maka dampak krisis subprime ini tidak terlalu material.
Ke depan, beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik antara lain:
a. Bentuk krisis beraneka ragam, namun pada dasarnya akar masalahnya tidak berubah, gejala-gejala yang muncul, dapat ditengarai sebagai early warning, antara lain: likuiditas tinggi, pertumbuhan kredit yang pesat dan asset bubble. Selanjutnya regulator dan pelaku perlu mencermati masalah behavioral yang selalu mengemuka dalam terjadinya krisis ekonomi.
b. Perlu keseimbangan antara pengembangan sistem keuangan dan pelaksanaan manajemen risko, setiap inovasi produk keuangan harus disertai dengan pemahaman bagaimana mengelola risiko yang mungkin timbul atas produk baru.
Mengapa dunia industri juga perlu memahami manajemen risiko?
Karena dengan memahami manajemen risiko, pelaku industri akan dapat melakukan identifikasi risiko, memahami berapa toleransi risiko yang dapat di cover, dapat menilai adanya gejala-gejala yang merupakan early warning signal sehingga dapat segera dilakukan tindakan koreksi atau perbaikan.
Referensi : http://ilerning.com
0 Response to "Mengapa Manajemen Risiko Perlu Dipahami Oleh Berbagai Pelaku Industri "
Post a Comment