Mengapa Anda Harus Malu ?

(Izabela Habur/Getty Images)
Anda pernah mabuk kepayang? Pasti pernah. Saat mencintai pasangan, dulu, sehari saja tak berjumpa, rasanya sudah tak karuan. Malahan ketika berjalan bersama melewati tempat yang agak temaram dn sepi, mungkin ada di antara Anda yang mencuri cium pasangan. Rasanya, hmmm… Hanya Anda dan pasangan yang tahu…Begitulah.

Anda tak ingin momen romantis itu di ketahui orang lain. Sebaliknya, Anda juga punya rasa ingin tahu yang besar terhadap saat-saat romantis orang lain. Dan, orang lain pun punya alasan sama seperti Anda. Malu.

Artinya romantisme selalu menarik perhatian. Faktanya memang demikian. Buktinya, film-film romantis, selalu diminati alias tak pernah sepi penggemar.

Lalu apa hubungannya dengan bisnis?

Begini, jika seseorang memutuskan untuk serius memulai sebuah bisnis, itu artinya dia telah menjalin sebuah hubungan romantis dengan produknya. Ada harapan besar yang ditambatkan dalam “hubungan” tersebut. Berbagai uji coba dilakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Maka, output-nya, umumnya, juga berupa benda atau jasa dengan kualitas baik – karena dikerjakan dengan serius dan penuh kecintaan. Tapi, menagapa kemudian produk yang bagus itu dirahasiakan? Padahal itu adalah “buah” cinta Anda.

Ada sebuah frase, “Doing business without advertising is like kissing a girl in the dark”. Tak ada orang lain yang tahu apa yang Anda lakukan, selain diri dan pasangan Anda. Jadi apa gunanya kalau hanya Anda dan pasangan (baca: staff) Anda saja yang menikmati produk bagus itu. Maksudnya, orang (baca: calon konsumen) akan melirik produk Anda, jika Anda mengomunikasikan produk tersebut. Bisa berupa iklan atau publikasi lainnya. Tentu saja, karena perangkat komunikasi pemasaran itu bukan hanya iklan.

Komunikasi pemasaran secara umum bisa dikatakan sebagai aktifitas promosi. Intinya menyampaikan pesan tentang bisnis yang Anda lakukan kepada publik. Materi pesannya tak mesti melulu mengenai keunggulan produk. Boleh apa saja tergantung kreatifitas Anda mengeksplorasi elemen bisnis itu sendiri. Bukankah pesan itu tidak selalu disimbolkan dengan kata-kata saja. Oleh sebab itu media yang digunakan pun bisa beragam.

Jika memang aktifitas promosi itu direncanakan sebagai iklan, pesannya bisa dirancang dengan judul menarik, persuasif disertai gambar relevan yang seluruhnya terkemas dalam tata letak (lay out) menawan. Atau membuat sebuah film pariwara berdurasi beberapa detik kalau ingin ditayangkan lewat televisi atau media audio-visual lainnya.

Aktifitas promo lain seringkali berupa penyampaian pesan langsung kepada target market. Perusahaan peritel kerap menyebarkan newsletter dari rumah ke rumah di sekitar tempat usahanya. Isinya harga dan foto barang kebutuhan yang masuk dalam program diskon saat itu. Sedangkan pengusaha mall tak jarang menyampaikan “undangan” kepada publik untuk menyaksikan penampilan artis terkenal atau acara lomba yang terbuka untuk umum.

Dalam kegiatan promosi, kian banyak orang yang menerima pesan yang disampaikan, semakin baik. Untuk itu penggunaan media komunikasi massa cetak dan elektronik bisa diandalkan. Namun, hal itu memerlukan biaya yang sangat besar dan hampir pasti tidak akan menjadi pilihan bagi pelaku bisnis menengah bawah.

Mungkin itu sebuah tantangan. Tapi materi pesan promosi juga adalah soal kreatifitas. Masih ingat saat awal Walls melakukan peneterasi pasar? Serbuan becak gerobak unik yang dilengkapi dengan identitas suara  (keysound) unik ke daerah pemukiman, cukup membuat pemain lama bisnis es krim kalang kabut. Ide gerobak  - sebagai pengganti mobil penjual es krim yang berdisain lucu di luar negeri – dengan penanda audio tersendiri itu kemudian banyak ditiru oleh pedagang keliling lain. Sari roti di antaranya.

Contoh lain, kalau saja waralaba D’Crepes tidak mempertontonkan cara memasak camilan itu yang cukup unik, mungkin ia tidak akan mempunyai nilai diferensiasi dengan snack lainnya. Proses pembuatan yang lain dari biasa  dan terkesan bak sebuah keahlian khusus itu merupakan pesan promosi yang menggugah minat publik. Sangat efektif.

Beda lagi promosi yang dilakukan sekumpulan anak muda dalam menjual t-shirt dan jeans serta aksesoris yang bisa membuat orang berdandan a la musisi heavy metal. Mereka mendandani pramuniaganya yang semuanya cantik-cantik itu sesuai tema gerainya. Sehingga secara langsung menjadi mereka model bagi tokonya. Selain musik cadas yang selalu mengalun, di toko itu banyak remaja yang nongkrong. Belakangan mereka malah membentuk komunitas yang melahirkan grup-grup band indie. Sedangkan si pemilik gerai memfasilitasi mereka sekaligus memperluas usaha dengan membuka café bertema sama, heavy metal.

Peluang berpromosi memang terbuka dari segi apa saja. Termasuk memanfaatkan hari tema sedunia, bahkan hari besar nasional. Hari Perempuan  Internasional, tanggal 8 Maret, lalu “diperingati” oleh sebuah toko buku dengan memberikan diskon besar bagi buku-buku soal perempuan. Sementara, ada pula desainer  yang menggelar karyanya di Hari Kartini. Inspirasinya dari pesona busana tradisional wanita Indonesia, katanya. Asal tidak vulgar dan menyinggung rasa kebangsaan, mungkin hal itu boleh saja.

Akhirnya hanya kreatifitas saja yang membatasi isi pesan dan cara penyampaiannya dalam berpromosi. Produk atau jasa berkualitas yang merupakan output usaha merupakan bentuk cinta Anda dalam berbisnis. Jadi, tidak perlu dirahasiakan dan malu-malu seperti soal ciuman itu.
[HaryoGRN]


0 Response to "Mengapa Anda Harus Malu ?"

Post a Comment