Warren Buffett merupakan nabinya investor abad modern ini, berkat keahliannya berinvestasi menjadikan ia manusia paling kaya tahun 2008.
Sedangkan pada saat ini Buffett berhasil mengumpulkan kekayaan sebesar USD60 miliar, atau Rp700,2 triliun (kurs Rp11.670 per USD).
Keuntungan yang dia raih adalah buah dari investasi yang konsisten dia lakukan atas saham yang dia sebut "next big thing". Selain itu, dia juga tak lupa menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kegiatan amal.
Memahami Warren Buffett, bisa dimulai dengan menganalisis filosofi investasi perusahaan yang paling erat dengannya, Berkshire Hathaway.
Perusahaan ini memiliki strategi jangka panjang dalam mengakuisisi saham. Untuk itu, faktor-faktor seperti perusahaan yang dipilih juga harus memiliki produktifitas yang konsisten, kinerja keuangan yang baik, managemen yang capable, dan harga yang tepat harus dimilikinya.
Warren Buffettt menerapkan value investing, yang dipopulerkan Benjamin Graham. Nilai investasi terlihat pada nilai intrinsik dari saham daripada berfokus pada indikator teknis seperti moving average, volume atau indikator momentum.
Menentukan nilai intrinsik adalah latihan dalam memahami keuangan perusahaan, terutama dokumen-dokumen resmi seperti dan laporan laba rugi.
Seperti dilansir dari laman okezone.com ada beberapa hal yang harus digarisbawahi dalam menentukan value investing yaitu :
1- Bagaimana kinerja perusahaan?
Perusahaan harus mencatatkan kinerja positif dan terus return on equity (ROE) terus meningkat dalam beberapa tahun ke belakang. Semakin lama ROE mengalami peningkatan, semakin baik.
2- Berapa utang yang dimiliki perusahaan?
Jika perusahaan memiliki rasio utang yang besar, investor seharusnya mengibarkan bendera merah dan beralih ke perusahaan lain. Pasalnya, keuntungan perseroan akan habis untuk membayar utang tersebut. Dan perusahaan yang sudah memiliki utang, tidak akan bisa lepas begitu saja.
3- Berapa profit margin perusahaan?
Buffettt mencari perusahaan yang memiliki profit margin yang baik, yang terus mengalami kenaikan. Sama seperti ROE, makin besar kenaikan, maka profit margin semakin bagus.
4- Seberapa unik dan menarik produk yang dijual oleh perusahaan?
Buffett menyadari, perusahaan yang memproduksi barang yang mudah disubtitusi oleh brang lain lebih berisiko ketimbang perusahaan yang memproduksi barang yang unik.
Sebagai contoh, perusahaan produsen minyak, tidaklah unik, karena klien masih bisa membeli minyak dari kompetitornya. Tapi, jika perusahaan memiliki akses untuk mengolah minyak dan menjadikannya produk yang berbeda, maka perusahaan ini baru menarik untuk investasi.
5- Berapa diskon harga dari saham perusahaan tersebut?
Ini adalah hal yang mendasar dalam value investing, temukan perusahaan yang memiliki fundamental yang baik, tapi harganya masih di bawah harga seharusnya. Semakin besar diskonnya, semakin menjanjikan keuntungan perusahaan ini.
Buffettt juga dikenal sebagai investor buy and hold. Tapi dia tidak tertarik untuk menjual saham dengan tujuan menciptakan capital gains. Dia lebih memilih saham yang memiliki prospek yang bagus untuk jangka panjang.
Hal ini membuat dia fokus dari apa yang dilakukan orang lain, dan dia mencermati posisi perusahaan yang dipilihnya tersebut.
Untuk itu saya sarankan para investor harus mempelajari langkah-langkah yang dilakukan oleh Warren Buffett dalam memilih saham untuk membeli saham sebuah perusahaan.
Sedangkan pada saat ini Buffett berhasil mengumpulkan kekayaan sebesar USD60 miliar, atau Rp700,2 triliun (kurs Rp11.670 per USD).
Keuntungan yang dia raih adalah buah dari investasi yang konsisten dia lakukan atas saham yang dia sebut "next big thing". Selain itu, dia juga tak lupa menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kegiatan amal.
Memahami Warren Buffett, bisa dimulai dengan menganalisis filosofi investasi perusahaan yang paling erat dengannya, Berkshire Hathaway.
Perusahaan ini memiliki strategi jangka panjang dalam mengakuisisi saham. Untuk itu, faktor-faktor seperti perusahaan yang dipilih juga harus memiliki produktifitas yang konsisten, kinerja keuangan yang baik, managemen yang capable, dan harga yang tepat harus dimilikinya.
Warren Buffettt menerapkan value investing, yang dipopulerkan Benjamin Graham. Nilai investasi terlihat pada nilai intrinsik dari saham daripada berfokus pada indikator teknis seperti moving average, volume atau indikator momentum.
Menentukan nilai intrinsik adalah latihan dalam memahami keuangan perusahaan, terutama dokumen-dokumen resmi seperti dan laporan laba rugi.
Seperti dilansir dari laman okezone.com ada beberapa hal yang harus digarisbawahi dalam menentukan value investing yaitu :
1- Bagaimana kinerja perusahaan?
Perusahaan harus mencatatkan kinerja positif dan terus return on equity (ROE) terus meningkat dalam beberapa tahun ke belakang. Semakin lama ROE mengalami peningkatan, semakin baik.
2- Berapa utang yang dimiliki perusahaan?
Jika perusahaan memiliki rasio utang yang besar, investor seharusnya mengibarkan bendera merah dan beralih ke perusahaan lain. Pasalnya, keuntungan perseroan akan habis untuk membayar utang tersebut. Dan perusahaan yang sudah memiliki utang, tidak akan bisa lepas begitu saja.
3- Berapa profit margin perusahaan?
Buffettt mencari perusahaan yang memiliki profit margin yang baik, yang terus mengalami kenaikan. Sama seperti ROE, makin besar kenaikan, maka profit margin semakin bagus.
4- Seberapa unik dan menarik produk yang dijual oleh perusahaan?
Buffett menyadari, perusahaan yang memproduksi barang yang mudah disubtitusi oleh brang lain lebih berisiko ketimbang perusahaan yang memproduksi barang yang unik.
Sebagai contoh, perusahaan produsen minyak, tidaklah unik, karena klien masih bisa membeli minyak dari kompetitornya. Tapi, jika perusahaan memiliki akses untuk mengolah minyak dan menjadikannya produk yang berbeda, maka perusahaan ini baru menarik untuk investasi.
5- Berapa diskon harga dari saham perusahaan tersebut?
Ini adalah hal yang mendasar dalam value investing, temukan perusahaan yang memiliki fundamental yang baik, tapi harganya masih di bawah harga seharusnya. Semakin besar diskonnya, semakin menjanjikan keuntungan perusahaan ini.
Buffettt juga dikenal sebagai investor buy and hold. Tapi dia tidak tertarik untuk menjual saham dengan tujuan menciptakan capital gains. Dia lebih memilih saham yang memiliki prospek yang bagus untuk jangka panjang.
Hal ini membuat dia fokus dari apa yang dilakukan orang lain, dan dia mencermati posisi perusahaan yang dipilihnya tersebut.
Untuk itu saya sarankan para investor harus mempelajari langkah-langkah yang dilakukan oleh Warren Buffett dalam memilih saham untuk membeli saham sebuah perusahaan.
0 Response to "Inilah 5 Rahasia Warren Buffett dalam Berinvestasi yang Banyak Dicari Orang"
Post a Comment