Pemimpin sementara Kentucky State University memotong gajinya sekitar US$ 90 ribu atau setara Rp 1,06 miliar (asumsi kurs Rp 11.778 per dolar Amerika Serikat) untuk menaikkan upah pekerja berjumlah 24 di kampus yang dipimpinnya.
Pegawai itu diharapkan mendapatkan penghasilan US$ 10,25 per jam. "Saya melakukannya untuk memberikan penghasilan yang seharusnya diberikan kepada karyawan karena kerja keras mereka, dan telah membuat universitas ini kelihatan baik,", seperti dikutip dari liputan6.com.
Banyak pekerja termasuk penjaga, penjaga lapangan, dan pekerja administrasi yang bekerja dengan gaji US$ 7,25 per jam di Kentucky. Langkah Burse membuat kejutan bagi dewan universitas. Ia menggambarkan pimpinan dewan universitas begitu shock dengan apa yang dilakukan Burse.
Burse memiliki pendapatan tahunan sekitar US$ 350 ribu atau sekitar Rp 4,12 miliar (asumsi kurs Rp 11.778 per dolar Amerika Serikat). Keputusan penerimaan pemotongan gaji ini memakan waktu delapan minggu. Burse menegaskan, langkah yang dilakukannya bukan untuk membuat dirinya tenar.
"Saya melakukan sesuatu yang saya pikir biasa, dan kemudian saya dibanjiri dengan telepon," ujar Burse.
Keputusan untuk memotong gajinya itu membuat surat kabar Lexington Herald mengejar berita tentang keputusannya. Juru bicara Kentucky menjelaskan, dirinya belajar nilai arti kerja kerasa dari seorang pemuda. Ketika ia memiliki pekerjaan dengan upah minimum sebagai caddy dan tobacco cutter.
Burse, anak bungsu dari 13 bersaudara. Kedua orangtuanya hanya memiliki pendidikan rendah. Akan tetapi, ia belajar kerja keras dari orang tuanya.
"Orang tua saya mengajarkan tentang kerja keras dan pendidikan, sehingga Anda dapat unggul di dunia," tutur Burse yang kemudian lulus dari Harvard Law School, dan menjadi Rhodes Scholar.
Saat ditanya apakah keputusannya untuk memotong gajinya sendiri dapat menjadi tren di universitas lain. Burse mengatakan, ia tidak mengetahui hal itu. "Aku melakukan sebagai individu, dan saya mampu untuk melakukannnya," kata Burse.
Sebelum berkarier di Kentucky State University, ia berpraktik hukum selama enam tahun, dan melanjutkan pekerjaan sebagai eksekutif di General Electric selama 17 tahun. Pada masa pensiun, ia menerima tawaran dari dewan universitas untuk kembali datang sebagai pimpinan sementara.
Pegawai itu diharapkan mendapatkan penghasilan US$ 10,25 per jam. "Saya melakukannya untuk memberikan penghasilan yang seharusnya diberikan kepada karyawan karena kerja keras mereka, dan telah membuat universitas ini kelihatan baik,", seperti dikutip dari liputan6.com.
Banyak pekerja termasuk penjaga, penjaga lapangan, dan pekerja administrasi yang bekerja dengan gaji US$ 7,25 per jam di Kentucky. Langkah Burse membuat kejutan bagi dewan universitas. Ia menggambarkan pimpinan dewan universitas begitu shock dengan apa yang dilakukan Burse.
Burse memiliki pendapatan tahunan sekitar US$ 350 ribu atau sekitar Rp 4,12 miliar (asumsi kurs Rp 11.778 per dolar Amerika Serikat). Keputusan penerimaan pemotongan gaji ini memakan waktu delapan minggu. Burse menegaskan, langkah yang dilakukannya bukan untuk membuat dirinya tenar.
"Saya melakukan sesuatu yang saya pikir biasa, dan kemudian saya dibanjiri dengan telepon," ujar Burse.
Keputusan untuk memotong gajinya itu membuat surat kabar Lexington Herald mengejar berita tentang keputusannya. Juru bicara Kentucky menjelaskan, dirinya belajar nilai arti kerja kerasa dari seorang pemuda. Ketika ia memiliki pekerjaan dengan upah minimum sebagai caddy dan tobacco cutter.
Burse, anak bungsu dari 13 bersaudara. Kedua orangtuanya hanya memiliki pendidikan rendah. Akan tetapi, ia belajar kerja keras dari orang tuanya.
"Orang tua saya mengajarkan tentang kerja keras dan pendidikan, sehingga Anda dapat unggul di dunia," tutur Burse yang kemudian lulus dari Harvard Law School, dan menjadi Rhodes Scholar.
Saat ditanya apakah keputusannya untuk memotong gajinya sendiri dapat menjadi tren di universitas lain. Burse mengatakan, ia tidak mengetahui hal itu. "Aku melakukan sebagai individu, dan saya mampu untuk melakukannnya," kata Burse.
Sebelum berkarier di Kentucky State University, ia berpraktik hukum selama enam tahun, dan melanjutkan pekerjaan sebagai eksekutif di General Electric selama 17 tahun. Pada masa pensiun, ia menerima tawaran dari dewan universitas untuk kembali datang sebagai pimpinan sementara.
0 Response to "Inilah Pimpinan yang Rela Potong Gaji demi Pegawainya"
Post a Comment