Penderitaan Mendorong James Murdock untuk Sukses





Ada pameo lama yang menyebutkan, rasa sakit adalah obat paling efektif agar mendorong seseorang maju. Penderitaan dan rasa sedih karena ditinggalkan orang-orang terdekat, menyebabkan David Howard Murdock menjadi pengusaha sukses. Kekayaannya hingga Maret lalu tercatat Rp 25,650 triliun ditopang bisnis properti, juga agribisnis


 Majalah Forbes mendapuk pria berusia 88 tahun asal Amerika Serikat ini sebagai orang terkaya nomor 442 di dunia. Kemiskinan merupakan alasan utama James Murdock tetap bertahan dalam hidup dan menjalankan bisnis.

Pria berusia 88 tahun yang tercatat sebagai salah satu konglomerat kaya dunia ini berasal dari keluarga tidak mampu. Ayahnya adalah seorang agen travel, yang pendapatannya ti
dak menentu dan ibunya berprofesi sebagai tukang cuci.

Kondisi sulit ini memacu Murdock bekerja  membantu keuangan keluarga. Apalagi dia menderita disleksia, yang membuatnya sulit berkonsentrasi dalam belajar, sehingga harus meninggalkan bangku sekolah pada usia 14 tahun.  

 “Semua teman sekolah menertawakan saya. Mereka pikir saya bodoh,”ujarnya pada Frank Bruni, wartawan New York Times tahun 2011.

Kemiskinan semakin tergambar jelas, ketika Murdock pulang dari Perang Dunia II. Walaupun pulang sebagai veteran tentara Amerika Serikat (AS), Murdock tidak memiliki uang dan tidak mendapat tunjangan dari pemerintah. Dia tidak memiliki tempat tinggal dan harus tidur di taman kota dan menjadi peminta-minta.

Penderitaan ini malah menjadi pelecut bagi Murdock. Keberuntungannya muncul  ketika bertemu dengan teman sesama veteran Perang Dunia ke II yang mau meminjamkan uang sebagai modal usaha. Ketika itu Murdock berusia 22 tahun.   


Tak menyia-nyiakan kesempatan modal sebesar Rp 11,4 juta itu dimanfaatkan untuk mengakuisisi sebuah restoran yang hampir bangkrut. Ternyata, di bawah pengelolaannya, restoran itu meningkat lagi omzetnya.

Hanya dalam waktu 10 bulan, restoran tersebut menggaet keuntungan Rp 6,6 juta. Pencapaian ini menjadi hal penting pertama dalam karier keuangannya. Dia kemudian menjual rumahmakan tersebut sebesar Rp 34 juta. Dia kemudian memutuskan pindah ke Phoenix, Arizona Amerika Serikat.

Keuntungannya dari bisnis rumahmakan dia investasikan dalam bisnis properti. Kebetulan saat itu harga properti AS sedang lesu, sehingga banyak bangunan rumah dan tanah dijual dengan harga murah. 


Selain itu, AS sedang membutuhkan banyak kontraktor baru untuk membangun pusat-pusat komersial dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi pasca Perang Dunia II.
 
Dengan menggandeng mitra dari seorang tukang kayu, dia mulai membangun rumah. Dalam hitungan bulan dia sudah menjadi kontraktor gedung perkantoran hingga mal. 


Tak puas dengan pencapaiannya, dia kemudian ingin mewujudkan mimpinya yang lain, yakni mendirikan bangunan kantor tertinggi di Arizona. Untuk mewujudkan mimpinya itu, dia menggandeng pebisnis setempat. Strateginya tepat, tawaran investasinya itu mendapa sambutan positif.

Proyek ini kemudian sukses menjadi kantor Financial Corp of Arizona (FCA). Di proyek ini Murdock tercatat sebagai salah satu pemegang saham FCA. Kerjasama ini mendorongnya mendirikan David H Murdock Development Co. dan mengamankan fasilitas kredit untuk proyek properti berikutnya.

Namun sayang, pada tahun 1964 bisnis properti Arizona runtuh. Pada 1968, Mudock harus rela kehilangan hampir semua asetnya. Tak hanya sampai di situ, dia juga terbelt utang karena pinjaman FCA. 


Di ujung masa kejatuhannya, Murdock memutuskan pindah ke California.
Namun bukan Murdock kalau mudah putus asa. Meskipun harus merangkak dari awal laki-laki ini tetap berjuang untuk membangun kerajaan bisnisnya kembali.

Di kota ini ia mendirikan toko bangunan di bagian selatan California.Targetya menjadi pemasok bahan bangunan real estate di Orange County. Bisnis Murdock mulai berkibar kembali pada 1973. Kala itu dia sudah mengantongi dana sebesar Rp 42,750 miliar, jumlah yang cukup untuk membayar lunas semua utangnya di Arizona.

Kesuksesan tersebut membuatnya mendapatkan kepercayaan dari bank sehingga dia mampu membeli Lincoln, anak usaha Yankee Brick Manufafturing Co. Dalam waktu cepat dia menyulap perusahaan memiliki operasional modern dan keuntungan dua kali lipat dibanding pertama kali dibeli.

Dalam perjalanan bisnisnya, Murdock seperti dilansir kontan tercatat beberapa kali melepas perusahaan dengan segala dinamikanya. Perjalanan bisnisnya memang tak selalu mulus. Meskipun demikian banyak juga perusahaan yang diakuisisi menjadi berhasil.

Awal 1990-an, Pasific Holding, perusahaannya telah memiliki beberapa perusahaan seperti perusahaan bahan bangunan,perusahaan air, perusahaan pertambangan, penyewaan peti kemas, dan real estate. Ketika itu total penjualan anak usaha Pasific Holding  per tahun sudah mencapai Rp 9 triliun.

Kehilangan Dua Wanita
Pintu suksesnya di bisnis properti akhirnya datang. Tahun1985,Murdck mengakuisisi sebuah perusahaan berkedudukan di Hawai yang hampir bangkrut bernama Castle & Cooke. Perusahaan ini memiliki perusahaan produsen nanas dan pisang bernama Dole Food Company.

Kemudian hari, Murdock memisahkan bisnis tersebut. Castle & Cooke untuk bisnis properti dan Dole Food Company menjadi produsen buah dan sayur segar. 


Langkah Murdock memacu dirinya juga diwarnai kematian dunia wanita yang disayanginya, ibu dan istrinya. Kedua wanita ini meninggal karena penyakit kanker ovarium. Ibunya meninggal ketika Murdock berusia 17 tahun dan Gabrielle meninggal pada 1985, ketika istrinya berusia 43 tahun.

Murdock memang sangat dekat dengan ibunya. Sementara Gabrielle adalah istri yang ia cintai, meski dia pernah menikah hingga lima kali. Murdock menduga, penyakit ini muncul karena pola makan yang tidak sehat dan terlalu sering melupakan sayuran dan buah segar. 


Rasa penasaran ini mendorongnya mengembangkan penelitian tentang buah dan sayuran segar tanpa pestisida, Sejak itu, dia memutuskan untuk menjadi vegetarian.

Tahun 2006, Murdock mendirikan rumah Kesehatan California dan Institut Panjang Umur (CHLI) sebuah kombinasi ruang medis, spa dan dapur demonstrasi. Penelitian ini juga mendorongnya menerbitkan ensiklopedia manfaat buah dan sayuran dalam kehidupan manusia. Rasa penasarannya itu malah menjadikan agribisnisnya berkembang pesat.

Kunci kesuksesan Murdock adalah keinginan yang kuat untuk memperbaiki diri. Meski ketika muda menderita disleksia, dia selalu berusaha membaca banyak buku. Dalam banyak kesempatan dia selalu menyebutkan buku yang paling penting yang telah dibacanya adalah Think and Grow Rich karya Napoleon Hill.

Murdock juga berhasil ‘menyulap’ pulau Lana’I yang semula merupakan lahan untuk menanam buah dan sayuran menjadi tujuan wisata baru. Dia melakukan investasi pada perhotelan untuk memaksimalkan keuntungan dari keindahan pulau. ktn

0 Response to "Penderitaan Mendorong James Murdock untuk Sukses "

Post a Comment