Presiden Komisaris PT Panasonic Gobel, Rachmat Gobel memulai karirnya dari bawah, sebelum menjadi pengusaha sukses. Di masa muda, Rachmat meluangkan waktunya untuk bekerja menjadi tukang sapu di pabrik, demikian penjelasannya seperti dikutip dari laman detik.com.
Meski ayahanda Rahmat, yaitu Mohammad Gobel, adalah pengusaha sukses yang mewarisi perusahaan kelompok usaha Gobel yaitu Thayeb, Rahmat tak ingin mencapai kesuksesan secara instan. Dia menanamkan disiplin dan kerja keras dalam dirinya sendiri.
"Saya dari SMP masuk pabrik. Pakai seragam seperti biasa, saya nyapu pabrik pada awalnya," kata Rahmat saat memberikan Seminar Pembekalan Kerja pada acara Jobfair Kemenakertrans di JIExpo, Kemayoran.
Rachmat mengatakan, dia sengaja ingin bekerja dari bawah untuk merasakan sulitnya bekerja keras, di samping untuk menanamkan kedisiplinan dan ketekunan dalam karirnya.
"Saya baru tahu bahwa salah satu modal utama yang dimiliki karyawan, dia harus paham betul apa arti kebersihan, keteraturan, ketelitian, kedisiplinan, dan kerapian. Ini modal bagi karyawan kalau ingin membangun karir dia untuk menjadi pemimpin," papar Rachmat.
Bos Panasonic ini menyebut, bekal menjadi karyawan yang baik adalah 5 K, yakni kebersihan, kedisiplinan, keteraturan, ketelitian, dan kerapian.
"5 K itu harus dilakukan kalau mau sukses," katanya.
Rahmat pun mengatakan, selepas dia lulus menjadi mahasiswa, dia sempat bekerja di pabrik sebagai karyawan yang memproduksi baterai.
"Saya selesai universitas masuk lagi pabrik, di Jakarta, dan di Jepang masuk lagi. Saya mulai kerja di pabrik baterai, yang tadinya membuat 800 menjadi 3.000 dalam 1 menit. Itu peran karyawan yang berkontribusi," katanya.
Meski ayahanda Rahmat, yaitu Mohammad Gobel, adalah pengusaha sukses yang mewarisi perusahaan kelompok usaha Gobel yaitu Thayeb, Rahmat tak ingin mencapai kesuksesan secara instan. Dia menanamkan disiplin dan kerja keras dalam dirinya sendiri.
"Saya dari SMP masuk pabrik. Pakai seragam seperti biasa, saya nyapu pabrik pada awalnya," kata Rahmat saat memberikan Seminar Pembekalan Kerja pada acara Jobfair Kemenakertrans di JIExpo, Kemayoran.
Rachmat mengatakan, dia sengaja ingin bekerja dari bawah untuk merasakan sulitnya bekerja keras, di samping untuk menanamkan kedisiplinan dan ketekunan dalam karirnya.
"Saya baru tahu bahwa salah satu modal utama yang dimiliki karyawan, dia harus paham betul apa arti kebersihan, keteraturan, ketelitian, kedisiplinan, dan kerapian. Ini modal bagi karyawan kalau ingin membangun karir dia untuk menjadi pemimpin," papar Rachmat.
Bos Panasonic ini menyebut, bekal menjadi karyawan yang baik adalah 5 K, yakni kebersihan, kedisiplinan, keteraturan, ketelitian, dan kerapian.
"5 K itu harus dilakukan kalau mau sukses," katanya.
Rahmat pun mengatakan, selepas dia lulus menjadi mahasiswa, dia sempat bekerja di pabrik sebagai karyawan yang memproduksi baterai.
"Saya selesai universitas masuk lagi pabrik, di Jakarta, dan di Jepang masuk lagi. Saya mulai kerja di pabrik baterai, yang tadinya membuat 800 menjadi 3.000 dalam 1 menit. Itu peran karyawan yang berkontribusi," katanya.
0 Response to "Kisah Bos Panasonic Sebelum Sukses Pernah Jadi Tukang Sapu Pabrik"
Post a Comment