Sejak dibentuk 2008, 'Bank' Petani sudah berhasil mengelola dana petani Rp 250 miliar. 'Bank' yang masuk kategori Lembaga Keuangan Mikro (LKM) ini masih beroperasi di Sumatera Barat (Sumbar) dan sekitarnya.
"Dana yang sudah kita kumpulkan dan kita kelola itu sekarang Rp 250 miliar," ujar Pendiri Bank Petani Masril Koto di Swiss Belhotel.
Dana tersebut berasal 850 bank petani yang tersebar di berbagai desa di wilayah Sumatera Barat. Tenaga kerja yang dihimpun sudah mencapai 1.500 orang.
"Kita sudah ada 850 lembaga bank petani, nilai memang kecil-kecil, tapi kalau disatukan jadi banyak," kata pria kelahiran 13 Mei 1974 ini.
Sumber dana yaitu saham, tabungan dan pinjaman dana. Saham itu adalah modal awal yang dimili dari beberapa keluarga. Modal ini pun hanya berkisar satu lembar saham atau Rp 100.000 per keluarga
Kemudian adalah tabungan, produk yang dikeluarkan pun beragam. Sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat seperti tabungan ibu hamil, pendidikan, sosial dan lainnya.
"Sekarang kita ada tabungan niat naik haji dan Kepemilikan iPad. Jadi sesuai masalahnya saja, boleh nabung," jelasnya.
Sedangkan untuk kredit, bank petani terapkan sistem bagi hasil. Persentasenya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara petani sebagai peminjam dengan bank.
"Jadi bisa 30% untuk bank, 70% untuk petani. Itu tergantung kesepakatan. Ukurannya bisa dilihat dari luas lahan, modal dan target penghasilannya," katanya.
Sumber : detik.com
"Dana yang sudah kita kumpulkan dan kita kelola itu sekarang Rp 250 miliar," ujar Pendiri Bank Petani Masril Koto di Swiss Belhotel.
Dana tersebut berasal 850 bank petani yang tersebar di berbagai desa di wilayah Sumatera Barat. Tenaga kerja yang dihimpun sudah mencapai 1.500 orang.
"Kita sudah ada 850 lembaga bank petani, nilai memang kecil-kecil, tapi kalau disatukan jadi banyak," kata pria kelahiran 13 Mei 1974 ini.
Sumber dana yaitu saham, tabungan dan pinjaman dana. Saham itu adalah modal awal yang dimili dari beberapa keluarga. Modal ini pun hanya berkisar satu lembar saham atau Rp 100.000 per keluarga
Kemudian adalah tabungan, produk yang dikeluarkan pun beragam. Sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat seperti tabungan ibu hamil, pendidikan, sosial dan lainnya.
"Sekarang kita ada tabungan niat naik haji dan Kepemilikan iPad. Jadi sesuai masalahnya saja, boleh nabung," jelasnya.
Sedangkan untuk kredit, bank petani terapkan sistem bagi hasil. Persentasenya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara petani sebagai peminjam dengan bank.
"Jadi bisa 30% untuk bank, 70% untuk petani. Itu tergantung kesepakatan. Ukurannya bisa dilihat dari luas lahan, modal dan target penghasilannya," katanya.
Sumber : detik.com
0 Response to "Kisah Masril Koto Tidak Lulus SD Tapi Berhasil Kelola Uang Petani Rp 250 Miliar"
Post a Comment