Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Ungkapkan Utang dan Kekayaan Indonesia



Total utang pemerintah Indonesia terus membengkak. Sampai Januari 2011 utang pemerintah tercatat Rp1.695 triliun atau naik Rp17,13 triliun dibandingkan akhir 2010. Bila dikonversi ke dollar Amerika Serikat, utang Indonesia mencapai US$187,19 miliar. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan menyebutkan utang itu terdiri atas pinjaman sebesar US$68,57 miliar dan surat berharga senilai US$ 118 miliar. Bila mengacu pada pendapatan kotor negara sebesar Rp6,422 triliun, artinya rasio utang Indonesia tercatat 26 persen. Jelas angka yang tidak kecil. Menurut Ditjen Pengelolaan Utang, semua
pinjaman diperoleh pemerintah secara bilateral, multilateral maupun komersial (2011, metrotvnews.com).

Terkait dengan penggalan berita di atas, akan timbul banyak pertanyaan mengapa hal utang negara ini bisa berkelanjutan? Bukankah seharusnya pembangunan berkelanjutan bukan utang berkelanjutan? Berikut ini beberapa fakta yang perlu disimak dengan saksama dan jika saja pemerintah jujur apakah negara kita masih harus digeluti utang?

Negara Terkaya di Dunia = Negara Berutang US$187,19 miliar

Profil Indonesia sebagai negara terkaya di dunia menjadi bahan bacaan di mana-mana, karena keunikan yang dimilikinya. Negara terkaya juga negara berutang yang lengkap dengan kondisi seperti utang di mana-mana, kemiskinan, korupsi yang merajalela, kondisi moral bangsa yang kian menurun serta masalah-masalah lain yang sedang menyelimuti negara ini.

Pertama, Indonesia sebagai negara terkaya. Hal ini tidak lagi dimungkiri, pemandangan eksotis dari puncak gunung hingga ke dasar laut, tanah yang subur (banyaknya gunung berapi dan terletak di antara garis khatulistiwa), lautan terluas di dunia dan dikelilingi oleh dua samudera (jutaan spesies ikan yang tidak dimiliki oleh negara lain), hutan tropis terbesar di dunia (39.549.447 ha dengan keanekaragaman dan plasma nutfah terlengkap), cadangan gas alam terbesar di dunia tepatnya di blok Natuna (Blok Natuna D Alpha memiliki 202 triliun kaki kubik cadangan gas, belum lagi dari blok penghasil tambang dan minyak seperti Blok Cepu dll), dan terakhir yang paling disorot adalah pertambangan emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia bernama PT Freeport Indonesia.

Tidak hanya itu, ternyata berdasar sensus BPS tahun 2010, Indonesia mempunyai 237,6 juta penduduk, yang berarti menjadi negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat setelah China, India dan Amerika. Apabila ini dioptimalkan, seluruh produk baik mulai dari “home industry” sampai industri berat bisa dihasilkan sendiri oleh negeri ini, maka kita juga akan menjadi negara yang kaya raya.

Namun, kenapa negeri ini menjadi sangat miskin, mempunyai utang hingga bulan Juli 2011 sebesar Rp1.733,64 triliun? Konon hutang tersebut apabila dibayarkan bunganya saja tidak akan lunas sampai pada tahun 2040. Betapa tragis nasib bangsa ini: tenggelam di antara kekayaan alam dan baru menyadari saat maut utang membelenggu. Berikut ini uraian mengenai tambang emas terbesar di dunia yang berada di negara terkaya dunia juga negara yang berutang US$187,19 miliar.

Fiksi atau Nonfiksi: Freeport = Masalah juga Solusi

PT Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. Kegiatan penambangan di Papua terdapat di dua kawasan, masing-masing tambang Ertsberg (dari 1967 hingga 1988) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Hingga sekarang, pertambangan ini telah mengasilkan 7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta ton emas. Jika diuangkan, jumlah tersebut dengan harga per gram emas sekarang, misalnya Rp300.000, dikali 724,7 juta ton emas = 724.700.000.000.000 gram dikali Rp300.000 = Rp 217.410.000.000.000.000.000 (http://terselubung.blogspot.com/2010) atau Rp217.410 biliun.

Prosentase bagi hasilnya atas penambangan adalah 1 persen untuk negara pemilik tanah (Indonesia) dan 99 persen untuk freeport (AS) sebagai negara yang memiliki teknologi untuk melakukan pertambangan di sana. Adapun berita terkait lainnya yang menyatakan, ketika emas dan tembaga di sana mulai menipis ternyata di bawah lapisan emas dan tembaga, tepatnya di kedalaman 400 meter, ditemukan kandungan mineral yang harganya 100 kali lebih mahal dari pada emas. Itulah Uranium. Uranium yang dikenal sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar nuklir itu ditemukan di sana. Walaupun belum jelas jumlah kandungan Uranium yang ditemukan di sana, tapi kabar terakhir yang beredar, menurut para ahli, kandungan Uranium di sana cukup untuk membuat pembangkit listrik nuklir dengan tenaga yang dapat menerangi seluruh bumi hanya dengan kandungan Uranium di sana.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah ‘Dari Emas Saja, Indonesia Bisa Membayar Utang Luar Negeri US$178 miliar di tahun 2009’. Karena data tahun 2011 belum tersedia, pastinya lebih besar lagi , diprediksikan mencapai US$ 200miliar lebih. Jika dihitung dengan denominasi dolar AS, jumlah utang pemerintah hingga Juni 2011 mencapai US$200,52 miliar (http://finance.detik.com). Artinya, ini baru emas saja sudah bisa membayar utang, belum kekayaan lainnya. Ada batubara, besi, baja, nikel, dan minyak bumi.

Solusi

Pertama, perlu adanya keterbukaan dan transparansi dari pemerintah sebagai pengelola sumber daya alam. Karena sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 bahwa 33 kekayaan alam dikelola oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kedua, diperlukan suatu perubahan pendekatan sistem pengelolaan, yakni dari pendekatan ekonomi mikro standar (yang mana hanya menguntungkan pihak perusahaan selama kontrak kerja berlangsung) menjadi pendekatan ekonomi sumberdaya; ekonomi sumberdaya dengan etika utilytarianisme bertujuan mensejahterakan masyarakat seoptimal mungkin untuk generasi sekarang dan yang akan datang. Ketiga, untuk kasus PT Freeport, perlu pengkajian ulang kontrak kerja sama antara pemerintah dan Freeport dalam hal bagi hasil yang lebih proposional dan jangka waktu kontrak yang lebih rasional, sehingga Indonesia sebagai negara pemilik sumber daya alam tersebut dapat juga menikmati hasilnya dan dapat segera melunasi semua utang-utangnya. 

Surjono Hadi Sutjahjo
Guru Besar Fakultas Pertanian IPB dan Staf Pengajar Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana IPB.

Referensi : Metrotvnews

0 Response to "Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Ungkapkan Utang dan Kekayaan Indonesia"

Post a Comment