Kemampuan apa saja yang perlu dipersiapkan, yang tak diajarkan pada bangku kuliah?


2. Kemampuan apa saja yang perlu dipersiapkan, yang tak diajarkan pada bangku kuliah?

Eileen R. dan Sylvina S. menjelaskan, bagaimana pengalamannya pertama kali bekerja. Hal-hal yang harus dipelajari, antara lain: Sistem dan prosedur, proses bisnis, etik, “unggah-ungguh”, cara berkomunikasi, sampai praktek-praktek yang nampak sederhana seperti “filling” , penomoran surat, standar kinerja, yang ternyata merupakan hal-hal “kantoran” yang masih merupakan hal-hal baru bagi para fresh graduate.

Rahasia budaya kerja seperti “jangan anda yang berjalan, biar dokumennya yang berjalan” (di bawa oleh office boy)” atau pengamalan “clean desk policy” sulit dibayangkan dari bangku kuliah.

Menurut pendapat saya (atas dasar pengalaman), pada saat pertama kali masuk ke dunia kerja adalah “kenali budayanya”. Budaya kerja orang-orangnya, seperti: cara berpakaian, gaya bicara jika menghadapi atasan ataupun rekan kerja, bagaimana cara makan siang (keluar ruang atau pesan makan dan makan ramai-ramai ditempat yang sudah ditentukan), apakah ada semacam iuran untuk keperluan mendesak seperti teman sekerja ada yang sakit atau kematian, dan hal-hal sepele lainnya.

Dengan memperlajari budaya kerja dilingkungan kantor tersebut, anda akan mudah berkomunikasi dengan rekan kerja, mendapatkan simpati dari rekan kerja yang lebih senior, yang akan dengan rela memberitahu pada anda apa yang sebaiknya dilakukan.

Kemudian yang penting adalah pahami proses bisnis, dan posisi anda nantinya akan diproyeksikan kemana. Pelajari job description posisi anda, apa hak dan kewajiban anda, dan anda diharapkan seperti apa.

Biasanya di perusahaan, ada karyawan senior yang secara tak langsung ditugaskan membimbing adik-adiknya, namun sering sekali mereka tak ada waktu untuk membimbing, karena jadual kesibukan yang padat.

Pandai-pandailah mencari celah untuk bertanya, kapan waktu yang tepat, sementara anda harus jeli mengamati bagaimana cara senior melaksanakan tugas-tugasnya, bagaimana cara meng handle klien yang sulit.

Untuk perusahaan besar, pada umumnya telah mempunyai manual standar operasional, dari manual-manual yang ada anda bisa mempelajari tugas berbagai macam posisi di perusahaan, juga pelajari bagaimana rangkaian proses suatu keputusan.

Jika anda beruntung, senior sering menawarkan untuk melakukan diskusi sepulang jam kerja, atau kadang mengajak makan di luar saat jam makan siang, disinilah kesempatan anda untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami.

3. Adakah perusahaan yang melakukan “induksi program” atau training?

Disadari, biaya training untuk para fresh graduate sangat mahal, untuk MDP (Management Training Development) diperkirakan menghabiskan biaya antara Rp.150 juta s/d Rp.200 juta per orang, dan memakan waktu sekitar satu tahun.

Dari program MDP inipun tak semua yang lulus ujian berhasil berkinerja baik, maksudnya yang lulus program dengan nilai terbaikpun masih harus membuktikan bisa mengaplikasikan ilmu yang diperoleh saat training di lapangan.

Kenapa banyak perusahaan yang tidak menggunakan program training ini? Selain biaya dan energi (tak semua perusahaan mempunyai Divisi Pendidikan dan Pelatihan), ada juga perusahaan yang menganggap bahwa pelatihan bisa dilakukan sambil berjalan.

Para fresh graduate dapat langsung bekerja setelah lulus seleksi, namun kewenangan yang dimiliki terbatas, seperti tak boleh melakukan tandatangan atau paraf pada approval dan sebagainya.

Bagaimana jika posisi anda sebagai manager pada unit yang diberi tugas untuk mendidik fresh graduate agar mudah menyesuaikan diri? Dari pengalaman, para fresh graduate dengan bimbingan mentor dapat bekerja mandiri setelah 6 (enam) bulan bekerja.

Mereka dibebani pekerjaan yang jadualnya ketat, dan agar mereka bisa me manage waktu, mereka disuruh membuat miles stone tugas-tugas yang dihadapi, jangka waktu kapan harus selesai, person in charge yang terkait dengan bidang tugas tersebut.

Setiap bulan hasilnya di monitor dan di evaluasi, disini diharapkan evaluasi dapat dilakukan secara terbuka, termasuk ketidak puasan manager, agar trainee segera memahami kesalahannya.

Bagi para trainee, harus dipahami bahwa teguran atasan dimaksudkan untuk membantu dan mengingatkan trainee, karena pada akhirnya tujuan bekerja adalah membuat pelanggan
puas.

Manager bisa meminta trainee melakukan pekerjaan yang berat, di bawah tekanan, agar nantinya akan diketahui siapa diantara mereka yang paling cepat beradaptasi, dan bisa memanage stres, apalagi jika perusahaan ini bergerak dalam bidang usaha yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan.

Sebagaimana diutarakan oleh Eileen R., yang menyatakan bahwa seorang Direktur SDM sebuah perusahaan, selalu mengingatkan para “management trainee nya”…”Anda akan saya bebani pekerjaan yang paling berat dan kotor. Jika anda melewati masa ini, maka pekerjaan akan terasa mudah karena anda sudah menemukan “selera” bekerja untuk seterusnya”. Selanjutnaya


0 Response to "Kemampuan apa saja yang perlu dipersiapkan, yang tak diajarkan pada bangku kuliah?"

Post a Comment